Advertise Your Business Here

Wednesday, July 14, 2010

Rengkuhan Mas Danang

Follow m_syahreza on Twitter

Angin malam yang dingin menusuk tulang tidak menyurutkan gelora Ratih yang sudah menggebu-gebu. Nafas Ratih terengah-engah, di bawah kekuasaan sorot mata yang berkilat penuh nafsu Mas Danang, Ratih dengan wajah menggodanya membuka satu per satu kancing kebaya tipisnya yang sudah dibasahi keringat.

Mas Danang pun tidak kalah bernafsu. Dipegang erat pundak Ratih, mencengkeram penuh tenaga. Dengan sedikit memaksa Ratih membawanya ke ranjang. Mas Danang membantu melepas kebaya Ratih dengan agak kasar, dilemparnya kebaya biru Ratih ke atas lantai. Nafas mas Danang pun jadi semakin cepat. Dorongan dalam dirinya begitu besar, hingga ia seperti hilang kendali. Tubuh Ratih dicengkeram kuat dengan tangannya yang berotot itu. Dia semakin terbakar, sekujur tubuhnya kini juga bermandikan keringat. Pantulan cahaya lampu di luar kamar yang redup, membuat tubuh kekarnya berkilau menggairahkan. Darahnya berdesir cepat tiap kali melakukan gerakan-gerakan erotis itu terhadap Ratih.

Diperlakukan demikian, Ratih semakin keblingsatan. Ratih merintih kesakitan, tapi tidak berapa lama rintihannya berubah menjadi desahan nikmat. Ratih melenguh dengan suara manja khasnya itu, yang membuat Mas Danang semakin keras meneruskan permainannya. Dari bibir mungil Ratih yang berwarna merah mudah keluar erangan pasrah atas perlakuan Mas Danang.
Tubuh Ratih menggelinjang hebat, meliuk-liuk seperti ular dalam rengkuhan pria berkumis tipis itu. Sesekali dia menggit bibirnya, menahan rasa sakit.

“Sudah, Mas. Aku sudah tidak kuat lagi,” desah Ratih disela-sela nafasnya yang basah.

“Sebentar lagi, Ratih. Tahan ya, sedikit lagi,” bisik Mas Danang lembut di telinga Ratih.

“Tapi, Mas…” Ratih menutup matanya, manahan rasa sakit akibat permainan Mas Danang. “Aku… Aku… sudah merasa enakan, kok.”

Mas Danang menyudahi permainannya. “Kamu yakin, Ratih, sudah hilang masuk anginnya?”

Ratih mengangguk lemas. Senyum manisnya mengembang. “Mas Danang memang hebat. Besok-besok kalau aku masuk angin, Mas Danang kerok aku lagi ya?”

“Iya, Ratih.”

“Terima kasih, Mas Danang.”

*jha2010

1 comment:

  1. ah demen bgt ngejayuz orang lagi seru!!

    nice writing :)

    ReplyDelete