Advertise Your Business Here

Wednesday, June 23, 2010

Gara-gara Setali Tiga Duit

Follow m_syahreza on Twitter

Gue pernah suatu hari nge-tweet bahwa satu-satunya negeri paling demokratis di dunia ini ya Twitter. Elo bisa berkicau merdu atau sumbang di Twitter, terserah yang mana enaknya buat elo aja. Elo bisa berperan sebagai seorang politisi ulung, ngasih-ngasih komentar ini-itu soal kebijakan pemerintah atau mengkritik abis-abisan orang-orang di parlemen. Elo juga bisa memainkan peran dalam “Mendadak Ustadz” yang isi tweet-nya petuah-petuah agama, nasehat, kutipan ayat-ayat dari kitab suci di Twitter. Dan kalo elo selebriti tapi kurang terkenal, elo bisa mengumumkan diri elo yang akan tampil di TV setengah jam lagi ke follower-follower elo dan meminta mereka untuk nonton acara elo di TV. Apa aja bisa di Twitter, termasuk menjadi anggota FPI. Lho, emangnya FPI punya akun di Twitter? Hmm, sejauh yang gue tau, yang ada di Twitter adalah parodinya ‘FPI beneran’ (selanjutnya, the real FPI) di dunia nyata. Inilah salah satu manifestasi sekaligus pembuktian dari bentuk ‘paling demokratis’ yang tadi gue sebutin di atas.

Singkat kata gue follow lah Twitter dari parodinya FPI ini yang bernama @FPIYeah. Pertimbangan awal kenapa gue follow @FPIYeah adalah karena gue perlu penyeimbang value atas realitas the real FPI di dunia nyata. Iseng-iseng dapet bacaan segar dan menggelitik, gue juga ngedapetin perspektif yang berbeda mengenai the real FPI yang sama-sama kita udah tau semua gimana sepak terkang ormas Islam satu ini yang identik dengan kekerasan dan destruksi. Gue ikutin terus tweet-tweetnya @FPIYeah ini. Tapi semakin lama gue jadi follower dari @FPIYeah, gue semakin jauh dari apa yang gue harapkan sebelumnya. Tadinya gue pikir gue akan mendapatkan ‘value moral’ yang menghibur sebagai bentuk sindiran untuk the real FPI, tapi kenyataannya enggak. Justru gue mengamati bahwa sebenernya @FPIYeah sama aja kayak the real FPI. Perbuatannya sama-sama destruktif dan sama-sama menebar kebencian, dengan caranya masing-masing, of course. Yang ngebedain antara kedua FPI ini adalah bentuk penghancurannya. Kalo the real FPI, penghancurannya berwujud dan secara fisik bisa diliat dengan kasat mata, sedangkan @FPIYeah lebih parah lagi soalnya yang diancurin enggak berwujud. Efeknya enggak langsung bisa diliat dengan kasat mata. Yang diserang @FPIYeah adalah pemikiran. Tweet-tweetnya gue nilai semakin nunjukkin kalo @FPIYeah sama aja dengan the real FPI. So, buat apa juga gue follow the destructor? Selain enggak bikin gue tambah cerdas, @FPIYeah enggak lebih dari the real FPI. Setali tiga duit lah. Lagian, @FPIYeah enggak sesuai dengan ekspektasi yang gue kira sebelumnya. Ternyata sama-sama perusak.

Iya, gue bukannya enggak tau kalo mereka (@FPIYeah) terang-terangan mengklaim sebagai Front Perusak Islam. Sayangnya gue salah mengira. Gue kira @FPIYeah akan berperan sebagai pengkritik dan sekaligus sebagai tandingan the real FPI, in a good and fun way. Enggak taunya malah lebih parah.

Gue jujur aja enggak suka sama kelakukan the real FPI yang suka ngehek dan lebay. Tapi gue juga gerah sama pergerakan @FPIYeah ini, makanya untung Twitter si negeri paling demokratis ini menyediakan fasilitas ‘unfollow’ yang sekali klik udah bikin hubungan gue sama si @FPIYeah ini putus. Kalo seandainya aja @FPIYeah ini memilih cara lain untuk mengkritik the real FPI dengan jalan yang lebih santun, kreatif dan menghibur, pasti sampe sekarang gue masih jadi pengikut setia @FPIYeah. Mungkin caranya cocok buat sebagian orang, tapi enggak cocok sama gue. Kelakuan yang setali tiga duit ini, disadarin atau enggak, cepat atau lambat, bakalan jadi gelindingan bola salju yang semakin masif yang ngebahayain struktur tatanan masyarakat. Ffiuh…! *jha2010

1 comment:

  1. Reza, sekarang ada akun @tindakFPI coba di follow. isinya beda, kaya semacam FPI watch gitu deh

    ReplyDelete