Advertise Your Business Here

Wednesday, June 23, 2010

Privacy-nya Celebrity


Follow m_syahreza on Twitter


Pagi-pagi waktu itu buka Twitter awalnya heran kok orang-orang pada ngomongin Luna Maya (FYI, I don’t follow her!). Terus karena penasaran, gue scrolling timeline, sampe bawah dan sampe bawah lama-lama kening mulai berkerut, bibir mengerucut, keringat bercucuran, air mata berjatuhan, air kencing berleleran… Shock setengah mati, menerima kenyataan mantan pacar gue sama pacar barunya lagi kena masalah soal video mesum a.k.a vulgar a.k.a porno. Yes, gue refresh lah timeline gue dan banjirlah itu tweet-tweet soal rekaman gambar panas yang perankan Ariel dan Luna Maya. Isinya macem-macem. Mulai dari ungkapan keprihatinan, kasian, sampe cibiran dan penghinaan. Beranak-pinak lah itu para polisi moral secara sporadis (entah itu di Facebook, Twitter atau Tv) yang dengan membabi-buta memojokkan kedua artis papan atas tersebut. Bahkan ada boikot segala di infotainment dengan tidak menyebut nama Luna Maya dan diganti dengan sebutan ‘Kekasihnya Ariel’.

Sepertinya kurang fair kalo gue enggak download videonya untuk sekedar memastikan pemerannya beneran Ariel-Luna atau bukan. Dengan kecanggihan teknologi bernama Jejaring Sosial, akhirnya ada lah temen yang kasih link videonya ke gue. Tapi jujur aja, sampe detik gue nulis ini gue belom nonton videonya. Buat apa, toh di infotainment diputar juga kok cuplikannya (sebelum akhirnya KPI melarang TV menayangkan cuplikan video tersebut). Iya sih, agak mirip Luna sama Ariel. Tapi bukan urusan gue nge-judge apa-apa tentang mereka. Menurut gue, apa pun itu pasti ada pertanggungjawabannya, baik itu di mata hukum, di mata masyarakat dan di mata Tuhan, mungkin juga di Mata Najwa (who knows?)

Di mata masyarakat, langsung dibayar kontan. Semua orang sudah menghukum mereka dengan caranya masing-masing. Lalu bagaimana pertanggungjawaban mereka di mata Tuhan? Gue yakin mereka bukannya enggak tau soal konsekwensi di pengadilan Tuhan kelak, tapi ya udahlah ya, itu sih urusan masing-masing. Tapi yang bikin miris, ada deh itu segelintir orang yang maju di barisan depan berkoar-koar soal moral bahkan berniat mengadukan persoalan video itu ke Kepolisian. Gue langsung geleng-geleng kepala, prihatin. Belum lagi prihatin ngeliat kelakukan artis-artis mesum, eh ditambah lagi prihatin sama kelakukan para moralis itu.

Besoknya, seharian enggak buka-buka Twitter atau Facebook, pas malemnya gue cek, tarrraaa… Ariel Peterporn jadi trending topic aja lho! Tadinya gue pikir pasti ini masih berkaitan dengan video skandalnya sama Luna Maya, tapi ternyata gue salah. Ada salah satu tweet kira-kira bilang gini, “Posisi Cut Tary di TT (Trending Topics , red) tergeser sama Ariel Peterporn…” Gue bingung dong ceritanya, lho ada apa ini, kok pake Cut Tary segala? Kebingungan ini gue lemparlah ke Twitter dan Facebook. Untung ada temen yang langsung nge-respons status gue di Facebook dan ngasih tau kalo telah beredar (lagi) video skandal Ariel tapi bukan dengan Luna Maya melainkan dengan (sumpah beneran) artis idola gue, Cut Tary. Gue bukan shock lagi, masih enggak mencret-mencret aja udah mending. Dengkul gue lemes aja lho. Seriously! Sampe pagi-pagi gue cerita ke ade gue dan dia cerita gimana kronologisnya kehebohan Cut Tary di Twitter kemaren itu, gue masih enggak bisa percaya kalo Cut Tary ngelakuin itu. Lha, dia kan udah punya anak dan suaminya ganteng pulak! Kalo sampe bener itu Cut Tary, ngehek banget tuh artis! Punya suami baek dan keluarga harmonis masih aja nakal di luar rumah…

Tapi ya udah lah ya, itu kan privacy mereka. Toh, mereka mau jungkir balik juga, kita masih enak makan enak tidur, kencing lancar boker lancar. Iya, enggak? Eits, tapi ternyata soal privacy enggak sesederhana makan-minum atau kencing-boker, lho. Setelah gue renungkan dengan seksama, ternyata persoalan kasus ini menyentil banyak aspek. Mulai dari aspek hak asasi, moral, privacy, ke-vulgar-an, hukum, agama sampe ke aspek sosial. Dari kesemua aspek itu, yang paling menggelitik gue adalah mengenai batasan vulgar itu sendiri.

Temen gue bilang, sesuatu itu dikatakan vulgar atau bukan, porno atau enggak itu harus diliat dari ukurannya. Entah ukuran apaan, sampe sekarang gue belom dapet jawaban yang jelas dari dia. Tapi menurut gue, vulgar itu adalah aspek yang enggak pernah dan enggak mungkin pernah terlepas dari kehidupan manusia. Setiap hari, orang-orang telanjang, emang itu bukan vulgar? Lalu di mana sebenernya letak batasan vulgar itu sendiri? Letaknya adalah saat aktifitas privat (telanjang, bercinta, dan lain-lain) itu disaksikan, dinikmati, didokumentasikan dan dimasukkan ke ranah publik oleh orang lain. Maka vulgar yang harusnya menjadi barang pribadi tiap orang dan kemudian menjadi barang publik yang bisa dinikmati orang lain, itulah yang menjadi masalah sebenarnya. Bahkan bisa menjadi isu nasional. Orang tua resah anak-anaknya men-download video-video tersebut. Efek terparah adalah, terbentuk mindset pada anak bahwa apa yang diperbuat idola-idolanya itu adalah hal yang wajar dilakukan, dan kalau enggak melakukan apa yang diperbuat artis-artis itu, enggak keren. Anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang kian permisif, individualistis dan memiki persepsi yang salah mengenai arti privacy.

Banyak yang nanya, perlukah pelaku dalam video itu dijerat hukum? Harusnya, perlu. Ini untuk ngasih efek jera buat mereka-mereka yang akan atau yang sudah berbuat asusila di depan kamera apalagi dengan sengaja menyebarluaskan rekamannya tersebut. Emang bener, melakukan seks di luar nikah itu hak individu masing-masing. Emang bener, merekam aktifitas seksnya itu adalah hak si pelaku. Tapi akan jadi persoalan, kalo ternyata dalam hukum positif negara kita ada pasal bagi mereka pelaku zina. Dan terlebih-lebih sudah pasti jadi persoalan, kalo aktifitas seksual yang direkam itu masuk ke ranah publik dan dapat dengan mudah diakses khalayak banyak tanpa batas kelas dan umur.

Bayangin aja, seminggu belakangan ini orang-orang di kantor, kampus sampe ke sekolah-sekolah tingkat menengah bahkan tingkat dasar, mereka sibuk mencari video cabul tersebut, menontonnya dan membicarakannya di mana-mana. Ini jelas satu lagi yang membuat prihatin. Sudah sebegini bobroknya kah realitas bangsa kita? Yang artis enggak bisa jadi contoh dan panutan, yang orang awam terlena dan terbuai sama hal-hal yang enggak penting dan cenderung merugikan itu. Potret suram kondisi masyrakat kita sudah pada taraf mengkhawatirkan dan ini enggak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Hukum harus ditegakkan, bagi siapa aja yang terlibat. Entah itu pelaku atau yang menyebarkannya.

Dari kacamata moralitas gue yang dangkal, gue menduga bahwa mereka akan terlepas dari jerat hukum negara ini. Tapi seyakin-yakinnya, mereka enggak akan sanggup melarikan diri dari jerat hukum akhirat kelak. Sorry kalo gue agak moralis, tapi ini tanggapan dari sisi keimanan gue yang meyakini akan adanya hari akhir.

Mereka, di dunia ini bisa saja menuhankan apa pun termasuk privacy. Atas nama privacy mereka merasa berhak melakukan apa pun, termasuk tindakan asusila dan membungkam orang-orang yang mencibir kelakuan mereka dengan dalih apa yang mereka perbuat merupakan ranah pribadi yang orang lain enggak berhak ikut campur. Itu terserah mereka. Toh, mereka itu kan selebriti. Apa aja, demi menjaga reputasi dan citra baik, rela menuhankan segala bentuk dalih termasuk jawaban berupa ‘privacy’ itu sendiri seakan-akan Tuhan enggak pernah bisa masuk ke ranah privacy mereka. Di titik ini sebenernya yang bikin gue prihatin. Nafsu yang enggak terkendali justru menjerumuskan mereka pada derajat ternadir di mata publik. Sebenernya, tanpa perlu diberi hukuman dari hukum negara ini atau tanpa perlu menunggu datangnya hari akhir dan menerima hukum setimpal dari Tuhan, Tuhan udah terlebih dahulu menurunkan hukuman buat mereka dengan cara seperti ini. Video yang mereka kira privacy, dengan kerja Tuhan yang sulit dimengerti, beredarlah rekaman mesum tersebut. Cibiran dan hinaan menderas kepada mereka, karir mereka dipertaruhkan, nama baik mereka dan keluarganya jadi tercemar dan segala macam efek samping negatif lainnya sudah menjawab bahwa Tuhan sebenernya sudah menyelinap masuk tanpa mereka sadari ke dalam ranah yang katanya privacy itu.

Privacy-nya selebriti udah menghancurkan martabat negeri, merusak fantasi anak-anak bangsa dan merendahkan nilai-nilai luhur kultur ketimuran. Prihatin kah kita? Seharusnya iya.

Sekali lagi, itu pandangan dangkal dari sisi moralitas gue, yang gue yakin setiap orang punya standar nilai moralnya masing-masing dan kita diwajibkan untuk menghargai setiap standar nilai moral yang bisa saja berbeda-beda satu sama lain itu.

Keesokan harinya, setelah ngumpulin semua video-video tersebut yang udah gue download gue tonton buat membuktikan dan menguatkan penilaian gue lalu gue delete permanently dari hard disk laptop tanpa tersisa. Buat apa, video-video itu toh bukan barang privacy gue. Gue sebenernya enggak berhak nonton apa yang bukan punya gue karena sama aja itu kayak pencurian atas barang privat seseorang. Biarinlah selebriti hidup dengan privacy yang dianutnya, kita yang orang awam cukup menikmati karya mereka dan bangga dengan prestasi yang pernah mereka ukir, sehingga dengan demikian gue berharap kita bisa memandang persoalan Ariel-Luna-Tary sebagai bahan introspeksi kita masing-masing untuk menuju pendewasaan pribadi yang sebenernya jauh lebih penting dari pada sekadar mencari-cari siapa yang salah. *jha-2010

1 comment:

  1. Udah Gnti topik oom..skrg Ariel ma BCL tuh dah bnyk link'nya

    ReplyDelete